Dulu bapak pergi melaut
tangannya
bagaikan bau pelatuk camar
Raut
wajah kusut bagai ikonografi terendam air raksa
Tangan
dipenuhi ijtihad-ijtihat malaikat suci nan putih
"Sekarang
bapak tidak lagi akan lagi seperti ini", ujar bibir bisik penuh makna.
Air
laut kini menguning bagai bak air rendaman putung tembakau
Alasan
apa yang mereka lontarkan kepada telinga-telinga imut nan lucu
Jangan
salahkan kami ketika kami terbentuk bagai mental tempe yang lepek
Kokoh
tulang dibayar dengan segempal garam produksi mamaku
Tulang
bak keropos bagai onani sejarah nenek moyang
"April
esok bapak mulai sakit nak"
Rasa
sakit melihat kecambuk kolonialisme merambat di negeri pertiwi
Pasrah
dengan merampas milik ibu negeri
Akan
kolonialisme terulang kembali???
Langit-langit
rembesan penuh bau ketiak birokrat kucingan
Tak
lagi guna ayat Qur'ani
Tak
lagi guna tombak dan batu kerikil
Mereka
ingin anak-anak kami menjadi bodoh dengan mengidap katarak ideologi patriotisme
Pantas
saja mereka merasa ma'sum didepannya
Nurani
meyakini semua itu hanya semu.
0 komentar:
Posting Komentar