Oleh. Rijal Alam Muhammadi (IMM Komisariat FISIPOL
2010)
Keheforiaan Indonesia pasca kemerdekaan masih
terasa sampai saat ini. Hal ini banyak dibuktikan dengan berbagai gejala yang
timbul olehnya. Mulai tahun 1946, tahun 1950, tahun 1998 sampai dengan tahun
2012 ini. Kita tak terlepas dari yang namanya sejarah, sejarah dunia adalah
sejarah pemerasan, apakah tanpa pemerasan sejarah tak ada? apakah tanpa
kesedihan dan penghianatan sejarah tak akan lahir. seolah-olah jika kita
membagi sejarah yang dijumpai hanyalah penghianatan diatas ruang dan waktu kita
hidup diatasnya.
Indonesia yang terlahir dari gagasan seorang
pemikir muda pada zamannya yaitu Tan Malaka Ibrahim gelar Datuk Tan
Malaka (lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera
Barat, 2 Juni
1897.
Walaupun banyak yang menafsirkan, istilah Indonesia digunakan oleh orang
Inggris bemama Maxwell pada tahun 1862 dalam karangannya berjudul The Island of
Indonesia (Kepulauan Indonesia) dalam hubungannya dengan ilmu bumi. Istilah
Indonesia semakin populer ketika seorang ahli etnologi Jerman bernama Adolf
Bastian menggunakan istilah Indonesia pada tahun 1884 dalam hubungannya dengan
etnologi.
Tapi sudahlah, kita tidak akan membicarakan sejarah nama Indonesia dalam dewasa
ini. Kita akan berbicara dalam perjuangan yang sia-sia dalam menanggapi
kemerdekaan tahun 45 lalu.
Tentu kita masih
ingat bersama saat menduduki sekolah menengah pertama tentang sejarah
kemerdekaan Negara Indonesia. Tetapi pernahkah kita berfikir semuanya itu
hanyalah penghianatan sejarah? Mari bersama kita kupas itu secara mendasar.
Lebih dari 2
negara asing yang pernah menguasai bangsa Indonesia. Belanda, Inggris dan
Jepang. Negara-negara tak bertanggungjawab itulah yang merampas moral bangsa
ini. Tetapi kadang kala kita patut bersyukur dengan mereka, mengapa? Karena
dengan hadirnya mereka tanpa kita sadari Negara Indonesia nampak dan mampu
diakui Negara-negara lain. Walaupun perjalanannya sangat panjang.
Indonesia
berdiri pada tahun 1945 berada ditengah pergolakan perang dunia II. Perjuangan
yang dilakukan tak ayal membuat Indonesia bimbang dan memutuskan tidak akan
memihak blok manapun. Kemudian Indonesia berinisiatif bersama-sama Negara dunia III mendirikan
organisasi non blok. Organisasi yang tak mendukung keranah manapun. Kekuatan
Indonesia menarik perhatian Negara-negara besar yang berkuasa pada saat itu
antara Uni Sovyet dan Amerika Serikat (AS). Hal ini ditunjukan dengan datangnya
bantuan senjata sebanyak 160 ribu pucuk senjata api laras panjang saat
perlawanan terhadap Jepang oleh Uni Sovyet. Indonesia yang saat itu membutuhkan,
menerima dengan senang hati bantuan tersebut tanpa maksud apapun.
Indonesia pada
awal tahun 1950 sampai akhir 1960 adalah Negara yang terjebak diantara perang
dingin. Apakah Indonesia dibawah pimpinan Presiden seumur hidup Soekarno mampu
melewati itu semua dan tetap konsisten dengan misi non bloknya? Tetapi
keekomunisan yang digambarkan oleh Soekarno tidak dapat ditutupi dengan mudah.
Kedekatan Soekarno dengan pentolan PKI saat itu terasa dekat dan mampu
dinikmati banyak orang. Kejelian seorang dictator tua tidak mampu ada yang
mengalahkan, sehingga keresahan ditahun itu banyak yang merasa tak lepas dari
steck holder Negara sekalipun. Ini dibuktikan dengan terbentuknya aliansi dewan
jenderal (Ahmad Yani, Raden Suprapto, Mas
Tirtodarmo Haryono, Siswondo Parman, Donald Isaac Panjaitan dan Sutoyo Siswomiharjo)
untuk membendung sebuah kekuatan penangkis Soekarno. Tapi semua itu sia-sia,
siasat yang dilakukan Soekarno lebih canggih. Soekarno menggunakan PKI dengan
berpakaian cakrabiwara untuk meluluh lantahkan impian dewan jenderal dengan
tragedia yang kita kenal dengan G30 S.
Pelu
kita ketahui bersama bahwa tragedy pembantaian dewan jenderal itu dijadikan
alat untuk CIA yang di gawangi oleh AS untuk masuk dalam pengotak atikan system
Negara Indonesia. Cakrabiwara yang diperintah Soekarno dalam misi pembantaian
ternyata tidak lepas dari pengaruh CIA dengan agen khususnya yaitu Soeharto.
Ada keambiguan misi yang dapat kita lihat disini, perintah yang dilakukan
Soekarno bukan untuk membantai dewan jenderal akan tetapi hanya mengamankan
saja. Karena pengamanan ini bentuk ultimatum dari Soekarno untuk mereka.
Kemudian misi itu dibelokan oleh CIA dan Soeharto. Ini ditunjukan dengan
kedekatan Letkol. Untung terhadap Soeharto pada saat itu yang memimpin
pembantaian.
Tahun
1950an inilah gerbang awal penjajahan model baru dimulai, pembukaan gerbang
untuk AS terbuka lebar, yang kemudian dapat kita bagi Indonesia menjadi dua
(musim), musim jaya bertempur (atau musim jaya berjuang) dan musim runtuh
berdiplomasi. Dalam hal ini pembaca hendak menafsirkan yang mana keberadaan
Indonesia saat ini.
Lengsernya
Soekarno merupakan sebuah pertanyaan yang sampai saat ini belum ada titik temu
yang jelas. Banyak yang menafsirkan perpindahan jabatan itu dikarenakan
pengkudetaan yang dilakukan Soeharto terhadap Soekarno melalui tragedy
supersemar. Ini menjadi pukulan yang keras bagi Soekarno, karena mengingat
Soekarno dalam ketetapannya menyatakan dirinya sebagai Presiden seumur hidup.
Tetapi sudahlah, ini hanya sebatas intermezzo yang dilakukan penulis dalam
karyanya ini. Yang perlu diperhatikan pembaca adalah setelah lengsernya
Soekarno dari kepresidenan maka ini merupakan makanan empuk bagi AS untuk
menguasai pemerintahan Indonesia.
Soeharto
merupakan tokoh yang berpengaruh dalam sejarah kehidupan Indonesia mulai dari
kemerdekaan sampai saat ini. Soeharto menjabat sebagai presiden lebih dari 30
tahun. Memang tak mudah lepas dari peribahasa “semakin berkuasa semakin
menjadi”. Awal pemerintahan yang dilakukan Soeharto begitu baik dan toleran
terhadap rakyat Indonesia untuk semua kalangan. Kemudian kebaikan itu hanya
bersifat sementara dan sama seperti Soekarno sebelumnya, Soeharto bersifat otoroter dengan menggunakan kekuatan militer
untuk memimpin Negara Indonesia ini. Sehingga pada zamannya muncul berbagai
macam istilah yang membolehkan militer untuk berpolitik. Hal ini sangat
bertentangan dengan hukum yang tidak memperbolehkan militer dalam ranah
politik.
Singkat
cerita untuk Soekarno, karena terlalu lama penulis menguraikan tragedy apa saja
yang ada pada jaman itu. Hanya yang penulis ingat meraknya penculikan rakyat
meliputi terpelajar dan biasa yang hendak mengkritik pemerintahan Soeharto.
Tetapi dipenghujung kediktatorannya dalam memimpin Soeharto dapat dilenserkan
dengan pengkudetaan yang dilakukan oleh masa aksi yang tergolong dari kaum
terpelajar dan rakyat biasa pada tahun 1998 tepatnya 11 mei. Pengkudetaan
Soeharto ini didalangi oleh seorang pemuda sebut saja Amien Rais laki-laki kelahiran Solo, Jawa Tengah, 26 April 1944. Dengan pengangkatan isu dalam bentuk
reformasi pemerintahan Indonesia. Tragedy 11 mei 1998 banyak yang bilang
sebagai tragedy pembebasan terhadap suatu rezim pengekangan dan ditandai dengan
banyaknya korban yang berjatuhan dari kalangan pelajar, sebut saja 3 mahasiswa
Universitas Trisakti Jakarta.
Bermacam-macam
tragedy kita lalu dibumi pertiwi ini, tetapi kita sampai saat ini belum dapat
mengambil pelajarannya. Bahkan berbagai bentuk tiran dan rezimpun kita lalu,
tetapi kita juga belum mampu pula untuk mengambil pelajaran. Sampai kapan kita
banyak mempelajari sejarah Negara ini, jika kita hanya bisa dibodohi oleh
sejarah sendiri. Terkadang benar jika sejarah itu hanya sebuah penghanatan
semata. Penghianatan yang kepadanya kita selalu dibodohi dan tanpa merasa. Atau
mungkin proklamasi 17 agustus itu kita hanya melakukan kemerdekaan 100% yang
sekarang telah merosot kebawah 10% itu?
Seperti udara
bagi paru-paru untuk bernapas, demikianlah tekad ingin menang itu adalah syarat
bagi seorang prajurit untuk berperang. Ataukah kita pantas menggunakan slogan
militer “satu hilang, kedua terbilang; namanya anak laki-laki”. Sadarkah
kita terlelap dalam pangkuan ibu pertiwi, yang membawa si Yanto klimaks dalam
mimpi basahnya. Sampai kapan kita terus begini? Berapa putra putri bangsa ini
yang terbuang dan diakui bangsa lain seperti Putra Seorang BJ Habiebie?
Terlalu banyak
kawan pembaca, keburukan yang ada di Indonesia ini. Penulis mengajak dalam hal
ini marilah kita bersama-sama mengaca Negara kita untuk kemudian
memperbaikinya. Walaupun jalan yang ditempuh sesulit Tan Malaka, sesulit Soe
Hok Gie, dan sesulit tokoh-tokoh pembaharu lainnya. Penulis teringat ketika Tan
Malaka merisaukan makin menciutnya wilayah Republik Indonesia dengan berdirinya
berbagai Negara boneka bentukan Belanda. Kaum kapitalis, kolonialis dan
imperialis berhasil mengacaukan perekonomian dan keuangan Republik Indonesia.
Karenanya, Tan Malaka tidak mengenal kompromi dengan kekuatan kolonialisme dan
imperialism. Ia tidak menyetujui perundingan dengan lawan. Ia menganggap berunding
adalah sikap mengorbankan kedaulatan dan kemerdekaan rakyat.
Terlepas itu Murba ataupun yang lainnya.
Ataukah
kebesaran idealisme seorang Soe Hok Gie dalam melihat fenomena saat itu, dengan
memposisikan dirinya sebagai seorang terpelajar dengan jabatannya seorang
dosen. Kritik-kritik tajam yang dilontarkan dalam setiap penulisan dan puisinya
tidak membuatnya gentar oleh tiran yang ada.
Sebentar kita lihat
dari sisi agama atau kepercayaan rakyat
Indonesia yang mayoritas beragama Islam atau agama-agama lainnya seperti
Konhucu, Kristen, Hindu, Budha, dll. Berpengaruhkah dengan kemajuan Indonesia
dalam dewasa ini? Bukankah semua agama mengajarkan umatnya kepada kebaikan?
Bagaimana implementasinya terhadap Indonesia?
Mari jawab satu
persatu pertanyaan diatas, karena jika tidak kita jawab akan menjadi PR besar
yang tak terpecahkan. Pembahasan yang dilakukan penulis akan mendahulukan dari
sisi agama Islam. Dewasa ini, Indonesia telah memiliki banyak organisasi
kemasyarakatan (ormas), baik yang kecil maupun yang besar. Sebut saja seperti
NU, Muhammadiyah, Persis, FPI dll. Berdasarkan survey yang dilakukan penulis
lewat via internet menyatakan seluruh organisasi kemasyarakatan Islam yang ada
di Indonesia merujuk kepada kebaikan dalam menghadapi kehidupan. Bahkan dari 2
ormas yang ada seperti Muhammadiyah dan NU ikut dalam mempertahankan kedaulatan
republic Indonesia pada tahun 1945an, merasakan apa yang dirasakan oleh rakyat
Indonesia saat itu. Salah satu bentuk konkrit dalam hal ini ialah peran salah satu pimpinan Muhammadiyah dalam decade
1942-1953 seperti Ki Bagus Hadikusumo yang menggagas sila Ketuhanan yang Maha
Esa guna mengganti 7 kata dari Piagam Jakarta yang ditolak oleh kalangan
non-muslim. Atau mungkin jika kita sebut kader terpilih NU kiprahnya dalam
keIndonesiaan ini, seperti Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang pernah menjabat
sebagai Presiaden Republik Indonesia. Sebut saja dalam otak kita siapa saja
tokoh ormas yang berpengaruh dalam keIndonesiaan sejak awal kemerdekaan sampai
sekarang.
Sepertinya yang
kita bicarakan nonshen atau omong kososng jika kita menganggap ormas Islam
dapat ikut andil untuk mempertahankan kedaulatan republic Indonesia. Atau mungkin
kekonsistenan ormas tertentu yang tidak mau mengikut sertakan diri dalam dunia
perpolitikan. Kemudian muncul pertanyaan jika, apakah semua perbaikan Indonesia
itu hanya bisa dilakukan pada aspek politik saja? Bukankah semua itu kembali
kepada personality nya.
Dari berbagai
uraian yang ditulis diatas, walaupun kepesimisan yang kita hadapi. Tetapi penulis
dalam hal ini yakin bahwa kita semua kaum muda bisa mengarahkan Indonesia
menjadi yang lebih baik. Mewujudkan kemerdekaan rakyat Indonesia baru tercapai
bila kemerdekaan politik 100% berada di tangan rakyat Indonesia. Kaum muda
yang nantinya akan selalu dibanggakan bangsa ini dalam semua kiprahnya untuk
Indonesia yang berkemajuan. kita generasi baru
di tugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau. Kita akan menjadi
hakim atas mereka yang dituduh koruptor koruptor tua, kitalah generasi yang
memakmurkan Indonesia.
Pembukaan jendela cakra wakala yang kita
butuhkan sekarang. Mencari wawasan diluar kelas perkuliahan dengan pintar untuk
membaca, buku maupun kondisi. Baca buku itu untuk dipahami kemudian di
kritisi dan diskusikan bersama. Memang sekarang ini kita selaku penikmat
hany bisa di pelajari tapi tidak bisa dilakukan pertanggungjawabannya tentang
keafsahannya. Mungkin Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan, apakah tanpa
pemerasan sejarah tak ada? apakah tanpa kesedihan dan penghianatan sejarah tak
akan lahir. seolah-olah jika kita membagi sejarah yang dijumpai hanyalah
penghianatan diatas ruang dan waktu kita hidup diatasnya.
Terima kasih telah membaca artikel saya… Rijal Alam Mohammadi