Jumat, 26 Februari 2016

HARGA MINYAK TAK STABIL: ARAB SAUDI RESAH

Oleh. Rijal A. Muhammadi
Sebagai negara yang menyumbang tertinggi hasil dari minyak mentah dunia, negara Arab Saudi tentu resah dengan nasib harga minyak di pasar internasional. Sehingga ada ungkapan, raksasa energi Arab Saudi menahan produksi minyak untuk mencoba menstabilkan harga minyak di pasar Internasional. "Langkah ini dimaksudkan untuk menstabilkan pasar," kata Menteri Energi Qatar Mohammed bin Saleh al-Sada. Ketidakjelasan harga minyak ini berpengaruh kepada negara-negara yang menjadi konsumen tetap, karena sejatinya persoalan minyak atau yang kerap kita sebut Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan bahan pokok untuk berbagai keperluan yang diinginkan oleh setiap individu disetiap negara. Manusia tidak lepas dari energi. Semua aktifitas yang dilakukan baik kecil maupun besar pasti membutuhkan energi. Penggunaan energi tidak terbarukan dilakukan terus menerus oleh setiap aktivitas yang kita lakukan ditiap harinya. Jika ketidakstabilan minyak ini berbuntut panjang, maka ada baiknya kita bersama menelaah lebih dalam penyebab dari masalah tersebut.
Organisasi penjamin kestabilan minyak dunia yang beranggotakan dari negara-negara penghasil minyak atau yang sering di sebut OPEC (Organization of the petroleum Exporting Countries). Organisasi yang diprakarsai oleh negara Venezuela bersama Gabon, Iran, Libya, Saudi Arabia dan Kuwait pada tahun 1949 ini bertujuan untuk menegosiasikan masalah tentang produksi, harga dan hak konsesi dengan perusahaan minyak bumi. Walau pun pada sekitar tahun 1973an OPEC sedikit bergeser pada tujuan awalnya, saat perang bergeliat antara negara-negara arab melawan negara Israel dan para sekutunya atau perang Yom Kippun. Pemboikotan eksport minyak terjadi besar-besaran yang dilakukan oleh negara-negara arab kepada negara barat, mengakibatkan negara penghasil minyak belahan asia tenggara seperti Indonesia mendapatkan keuntungan besar. Sehingga pada saat itu disebut era “Bonanza Emas”. Berdirinya OPEC juga dipicu oleh keputusan sepihak dari perusahaan minyak multinasional (The Seven Sisters) tahun 1959/1960 yang menguasai industry minyak dan menetapkan harga di pasar internasional. “The Tripoli-Teheran Agreement” antara OPEC dan perusahaan swasta tersebut pada tahun 1970 menempatkan OPEC secara penuh dalam menetapkan pasar minyak internasional.
OPEC menjamin suplai minyak mentah pada keadaan yang stabil. Maksudnya OPEC bisa mengusahakan ketersediaan minyak mentah dengan menambah persediaan jika suatu saat mengalami kekurangan, atau menurunkan hasil produksi minyak mentah jika mengalami lonjakan atau jumlah permintaan lebih sedikit dari penawaran. Hal ini karena hanya negara anggota OPEC yang memiliki cadangan minyak mentah dengan jumlah yang relatif banyak. Orang sering salah mengartikan, bahwa OPEC bertanggungjawab mengatur harga minyak mentah di pasar. Hal ini tidaklah benar. Tetapi, benar bahwa negara anggota OPEC mengendalikan produksi minyak mentahnya untuk kestabilan pasar minyak dan mencegah fruktuasi harga yang membahayakan. Jadi ini bukan menetapkan harga. OPEC bukan sepenuhnya menjadi aktor pengontrol pasar minyak dunia, hal ini dikarenakan OPEC hanya menguasai 55% (29,6 juta barel per hari yaitu 40,2% dari 70,6 juta barel total produksi minyak mentah dunia) pedagangan minyak dunia. Sehingga OPEC punya pengaruh yang kuat di pasar minyak terutama masalah menaikan atau menurunkan jumlah produksi.
"Negara non-OPEC, seperti AS telah mencapai puncak produksinya dan mulai menurun karena pemotongan belanja modal dua digit yang mulai berdampak produksi," kata Bernstein Research. Beberapa analis mengatakan pekan ini bahwa pasar minyak mungkin telah keluar dari tekanan setelah lebih dari satu tahun harga jatuh karena produsen mulai mengurangi produksi. Perusahaan minyak terkadanng melakukan spekulasi harga dan membuat berbagai taktik untuk merekayasa permintaan supaya terus meningkat. Negara penghasil minyak terbesar dunia seperti Rusia: 8.911; Saudi Arab: 8.897; USA: 5.430,3; Iran: 3.834,2; China: 3.484,9 mempunyai andil yang besar untuk mempermainkan harga minyak dipasar dunia, walaupun penawaran dan permintaan minyak dunia dapat dilihat di bursa minyak, seperti: The New York Merchantile Exchange (NYMEX): New York; The International Petroleum Exchange (IPE): London; The Singapore International Monetary Exchange (SIMEX): Singapura. Diantara negara penghasil minyak terbesar dunia diatas menunjukan bahwa Arab Saudi yang menjadi anggota dari OPEC memberikan keterangan memiliki cadangan minyak sebesar 264.310 million barrels (Source: OPEC Annual Statistical Bulletin 2004). Hal ini menempatkan Arab Saudi menduduki posisi pertama dari negara anggota OPEC. Melihat dari kekayaan yang dimiliki Arab Saudi ini tentunya perlu melihat dari berbagai aspek agar keresahan yang dialami oleh Arab Saudi sebagai suplayer terbesar dari negara OPEC bisa terjawab. Faktor-faktor penyebab ketidakstabilan harga dan krisis minyak dipengaruhi oleh 1). Ketidakstabilan penawaran dan permintaan, 2). Pengembangan energi alternatif, 3). Spekulasi harga oleh perusahaan minyak khusunya perusahaan minyak Amerika. Adapun seperti yang dikutip dari CNNMoney bahwa penyebab ketidakstabilan minyak dunia yang menjadikan Arab Saudi gelisah dan menahan produksi minyak yakni kartel yang dipimpin oleh Arab Saudi selama ini pada tubuh OPEC ditakutkan kehilangan pangsa pasar dan terkalahkan oleh AS, Kanada dan produsen minyak lainnya. Akhirnya Arab Saudi beserta anggota OPEC lainnya pada tahun 2014 lalu bukannya menyeimbangkan pasar minyak dunia, malah terus menggenjot produksi minyak. Pada hal jumlah penawaran tidak sebanding dengan permintaan. Akhirnya harga minyak jatuh 70% pada tahun 2014.
Mulai dari tahun 2014 sampai saat ini ketidakstabilan yang sebagian besar semua negara rasakan dampaknya dengan melemahnya dolar dan lain sebagainya, menjadikan Arab Saudi berhati-hati. Karena Amerika menjadikan itu semua momentum emas, dengan memonopoli atau memainkan harga minyak dipasar dunia. Disamping itu pula kesempatan yang diambil Amerika ini dijadikan perbaikan ekonomi yang pada tahun 2008 merasakan dampak krisis ekonomi dari dunia belahan eropa. Seperti apa yang dilakukan Arab Saudi dalam menahan laju produksi minyak dunia sebagai jalan untuk menyetabilkan ketersediaan minyak dipasar dunia.
Daftar Pustaka
Web:
Http://www.tempo.co/Harga-Minyak-Mentah-di-Asia-Pulih-Setelah-Jatuh-Tempo-Bisnis.htm [Diakses Pada Tanggal 25 Februari 2016 Pukul 20.13 WIB]
Http://www.tempo.co/Harga-Minyak-Dunia-Rendah-Ini-Harus-Diperhatikan-Pemerintah-Tempo-Bisnis.htm [Diakses Pada Tanggal 24 Februari 2016 Pukul 22.13 WIB]
Http://www.SINDOnews.com/Harga-Minyak-Dunia-Stabil-karena-Stok-AS-Susut.htm [Diakses Pada Tanggal 24 Februari 2016 Pukul 19.47 WIB]
Dokumen:
Kusuma, Raghunala. 2006. Kebijakan Energi: Harga Minyak Mentah Dunia (Crude Oil Exchange). Jurusan Teknik Universitas Gajah mada.
Saifullah, Muhammad. 2014. Organization Petroleum Exporting Caountries (OPEC). Jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam. Aceh.
Buku:
Dharmasaputra, Metta. (2013). Wajah Baru Industri Migas Indonesia. Jakarta: Data Kata Press.

0 komentar:

 

Copyright © Goresan Pena Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger