Minggu, 31 Mei 2015

Syair Jalanan

Sudah lama ku memulai dan bahkan saat ini ku masih melakukannya. Tapi sekarang kau sok gagah melihatkan kpd smua orang apa yang telah ku mulai sedari dulu.
Ku tulis sajak dan alunan alam beserta desahan badai kabut yang selalu menyelimuti indahnya Nusantara ini. .. :
Bukan kah nikmatNya melimpah,
Impian yang tiada terperi telah kita rasakan,
Entah dalam hal apa semuanya akan sirna,
Saat Tuhan tak percaya akan keangkuhan kita sbagai khalifah,
Saat Tuhan menghancurkan harapan para hambaNYa dalam keindahan mimpi kita,
Andai khuldi segar nan indah tak tercipta,
Akan kah kemurkaan di dunia ini tercipta,
Dalam mimpi kita yang penuh harap, harap akan kasih sayang dan kearifan Tuhan akan hambaNya,
Kita sengaja membentangkan sejadah lusuh di tiap shubuh, hingga kita terbangun dari rasa sadar akan hampanya mimpi kita slama ini,
Atau ditiap akhir permohonan kita stelah ruku', sujud, dan takbir, kita yang slalu memohon akan surgaNya yang slalu ingin kita dekatkan,
Terlempar dari perkataan sang sufi, "akan ku padamkan bara api nerakaMu, dan akan ku bakar indah sejuk surgaMu, jika saat manusia hanya mengharap surga dan terhidar dari negarakaMu lewat ibadahnya".
walau Kau hempaskan aku keatas langit ketujuhMu dan Kau jatuh aku keinti bumiMu, hingga tak tersisa tulang belulang dan seponggok daging yang Kau beri slama ini melalui kasih sayangMu,
Akan ku rasakan dan ku nikmati rasa pedih yang ku alami hingga ridhoMu menyentuh sanubari kalbu ku, Wahai Tuhanku.
Rijal A. Mohammadi
24/05/2015
Merapi

0 komentar:

 

Copyright © Goresan Pena Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger