Senin, 19 Maret 2012

Untukmu Bung SBY

0 komentar

Bismillahirahmanirahiim
Kadang saya berfikir ketika membaca buku tulisan Pak Amin Rais tentang Gerakan Politik Muhammadiyah, disana tertera bahwa Indonesia mempunyai pendapatan perkapita berkisar USD 1.000, itu semua kalah dengan Negara tetangga Malaysia yang sering kita olok-olok mempunyai pendapatan perkapita USD 3.115 begitupun dengan Thailand USD 1.905. Miris sekali melihatnya bung, padahal melihat Sumber Daya Alam dari tiga Negara itu Indonesialah yang terkaya untuk masalah Sumber Daya Alam tapi ironisnya bisa kita lihat bersama. Rendah bung.
Surat ini dikhususkan untuk Presiden saya yang tercinta bung SBY.
Bung SBY,
Apa kita masih terlena dengan jajahan yang dilakukan Belanda selama 350 tahun, memang Belanda telah mengeruk dua dimensi unsure yang berharga dalam jati diri bangsa ini yang mana itu menjadi hantu yang menghantui bagi kita. Pertama, Sumber Daya Alam yang dikeruk habis dengan andil persatuan dagang VOC. Saya rela rempah-rempah bangsa ini dikeruk habis oleh mereka bung, karena saya tahu mereka bangsa yang miskin akan hal kekayaan itu. Anggaplah itu sebagai sadaqah bagi mereka. Kedua, mentalitas bangsa ini yang dikeruk pula sehingga menjatuhkan rasa percaya diri untuk maju. Tidak salah dan heran bung, ketika masyarakat bangsa ini lebih bangga dengan pakaian yang serba symbol(seragam, jabatan, dll) bertengger dibahunya. Kemudian apa kita salah bung ketika bangsa ini bermimpi ingin maju tapi tetap terhantui dengan baying-banyang kegelisan yang dialami nenek moyang kita? Semua itu kita serahkan kepadamu bung sebagai imam bangsa ini.
Bung SBY,
Bung kemudian saya berfikir tentang imam bangsa ini dari fase ke fase. Tapi sebenarnya saya tidak mau mengatakannya melalui tulisan ini, memang hati kecil tidak bisa di bohongi bung. Presiden pertama yang haus akan wanita, presiden kedua yang takut akan wanita, presiden ketiga yang setia akan wanita, presiden keempat yang tidak dapat hidup tanpa wanita, presiden kelima yang seorang wanita, kemudian presiden keenam yang berhati wanita. Lihat bung, surat ini hanya sebongkah catatan tiada arti yang mengharap iba darimu bung. Bung dulunya kami berharap ketika bangsa ini dipimpin olehmu bung akan lebih baik lagi, terlepas dari yang namanya penculikan diam-diam rakyat Indonesia yang membangkang. Terlepas pula dari pemisahan pulau-pulau yang strategis untuk memerdekakan diri, terlepas dari liquiditas Negara, terlepas dari krismon, dan terlepas dari tali kutang ibumu (konotasi).
Bung SBY,
Bung bangga rasanya saya seorang muslim yang hidup dinegara mayoritas penduduknya muslim (walau memang semua itu identitas KTP). Dua elemen dakwah umat muslim yang tertera dalam Surat Ali Imran: 104 sudah ada di negeri ini. Amar ma’ruf (Muhammadiyah dan Nahdhatul ‘ulama) dan Nahyi Mungkar (MMI dan FPI). Tetapi ironis hati ini melihat pembantaian besar-besaran yang dialami saudara- saudara muslim saya di Poso dan Ambon. Bung memang pada saat itu namamu belum sempat bertengger di pimpinan besar bangsa ini, tapi apakah kita hanya berdiam diri dengan sejarah kelam dari berbagai decade. Sebenarnya bosan saya bbung menulis surat seperti ini untukmu bung yang nantinya hanya di jadikan alas gorengan diwarung-warung dekat rumahmu yang di Cikeas. Kemudian saya sadar sebagai mahasiswa yang kerjanya tidak hanya demo dan kisruh di pinggir jalan tetapi menulis surat kegundahan hati rakyat seperti ini.
Bung SBY,
April esok kita melihat realita kenaikan BBM di negeri ini, alasan apapun itu bung untuk mengatasi inflasi lah, untuk menghindaari liquiditas lah. Sebenarnya saya dan rekan-rekan mahasiswa tidak peduli dengan hal itu. Toh saya hidup di pulau jawa yang sebagai pusat industry dan infrastruktur negeri ini. Saya hanya takut image anda bung di depan rakyat ini semakin jatuh dan menjongkok. Iya memang semua itu berkat bawahanmu yang korup bung, kita klihat si jendral pajak Gayus Tambunan di susul dengan Danha Widyatmika. Semua itu hanya penggrogot matamu yang telah lapuk dimakan usia, pengisi perutmu yang semakin buncit oleh uang-uang rakyat yang mereka makan.
Bung apa kamu tidak letih matamu melihat rakyat mengantri BBM dan sembako dari sabang sampai meraoke? Tidak lelah telingamu mendengar hujatan rakyat kepadamu? Tidak kah sukar otakmu memikirkan nasib rakyat yang menggeludak pengangguran di bbbbumi pertiwi ini?
Pertanyaan-pertanyaan sepele yang selalu mengusik pikiran saya ketika saya hendak tidur dimalam hari dengan menyerahkan hidup kepada sang Rabbi.
Bung SBY,
Sebenarnya hati ini tak kuasa untuk menangis melihat antrian sembako, BBM dan BLT di pedesaan dinegeri ini. Tetapi saya hanya seorang mahasiswa perantau di negeri Gudeg, yang berusaha mempelajari cita rasa bibir yang selalu menghujat kepadamu. Teringat sudah nyanyian Bang Iwan fals tentang anaknya GALANG RAMBU ANARKI. “BBM naik tinggi, susu tak terbeli, orang pintar tarik subsidi, bayi kami kurang gizi”. Saya hanya berharap orang pintar ini bukan kamu bung. Orang pintar yang bisa menduplikat kwitansi keuangan Negara, orang pintar yang bernegosiasi dengan investor asing dalam PTnya di negeri ini. Kemudian dengan penutup surat ini saya hanya berharap dengarkan suara kami “Wahai presiden kami yang baru tolong kamu dengar suara ini” – Iwan Fals song 

Read more ►

Goes to Wonosobo

0 komentar

       Hari itu tanggal 07 Februari 2011 aku beserta segenap teman 84 berangkat untuk berkunjung dan berta'ziah ke rumah teman seperjuangan kita selama 6 tahun di kota Wonosobo. Sebelum berangkat kita pripare dulu di rumah saudara Oby yang terletak di sekitar Taman Tirto Nirmolo Bantul, aku berangkat dari rumah jam 09. 38. Jam itu aku kira sudah terlambat untuk berangkat bersama ke Wonosobo, ternyata tidak. Aku malah menjadi salah satu yang pertama datang ke rumah Oby.
       Jam 11 siang kita berangkat dari kediaman saudara Oby, dengan pakaian dan perlengkapan seadanya kami niatkan karena Allah SWT. Waktu itu aku berangkat dengan seorang teman aku yang bernama Wafi dan akrab dipanggil Arnodl, sebelumnya aku berniat untuk berangkat sendirian karena aku mempertimbangkan body aku yang besar dan motor yang aku gunakan kecil. Tapi karena posisi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk berangkat sendiri akhirnya aku berboncengan dengan Wafi.
       Berangkat dari kediaman saudara Oby kami melewati jalur selatan yang mana kita menyusuri kota - kota sekitarnya seperti Kulonprogo dan Purworejo. Ada hal yang begitu menarik saat perjalanan yaitu kita saling balap membalapi akan tetapi kita saling tunggu menunggui sehingga kita terasa lelah saat di perjalanan dan bahkan kita disaat menunggu teman yang tertinggal karena kondisi motor yang kurang baik kita menyempatkan untuk istirahat dan berokok ria. Memang perjalan itu sungguh mengasikkan karena kita tidak merasa lelah sedikitpun.
       Saat memasuki kota Wonosobo, perjalanan pun begitu menantang karena faktor jalan yang begitu extrime, jalan yang berlik membuat andrenaline kita terpacu ditambah dengan mobil - mobil besar yang menghalangi kita saat diperjalanan, memang mobil yang ada tidak sebesar mobil - mobil disaat perjalanan aku pulang ke Serang, akan tetapi mobil - mobil tersebut membawa banyak longgahan kayu besar, sehingga membuat kami berfikir 2 kali untuk menyelipnya.
Jam 14.00 kita sampai dikediaman rumah Samsul, disana kami disambut dengan hangat oleh keluarganya tercinta. saat pertama tiba kami bersalaman dengan kreabat samsul yang ada disana, dan lanjutkan dengan acara silaturrahmi yang dipimpin oleh saudara Hafiz, yang disusul sambutan dari pihak angkatan 84 yang dibawakan oleh sadara Majid dan pihak keluarga Samsul yang dibawakan oleh bapak saudara Samsul dan saudara Samsul sendiri. Dilanjutkan dengan ta'ziah ke makam ibu dari saudara Samsul, medan yang dilalui kita sungguh extrime juga karena jalan yang licin dan naik, tapi halangan ini tidak mengecilkan tekad kita yang ingin maju terus pantang mundur (lebay ah...).
       Selanjutnya pada jam 14.47 kita berpamitan dengan keluarga Samsul dan kita pun pulang dengan melalui jalur utara dari kota Magelang. Di jalan terdapat yang fenomena yang sangat lucu, karena jalan kita lalui begitu extrime dibanding jalur selatan yang pertama kita lalui. Tanjakan yang tajam membuat motor - motor kita harus kerja extra untuk melaluinya dan ada motor teman aku yang tidak tahu kenapa dia tidak dapat menaiki jalan tersebut dan mungkin karena faktor motor yang sudah tua atau faktor yang orang mengendarainya. Melewati kota Magelang kita dilihati bebatuan besar yang menghambat sungai disepinggir jalan, begitu pun dengan pasirnya. Ya, memang itu faktor akibat dari lahar dingin gunung Merapi. Fenomena seperti ini sengguh menyentuh hatiku karena rumah - rumah menjadi hancur akibanya.
       Jam 16.58 pun kita sampai dikediaman saudara Oby dan aku dilanjutkan menuju ke kantor PD IPM Kota Yogyakarta untuk rapat fasilitator PK TM 2 yang tidak lama lagi diaadakan. Oke terima kasih itu dia sekelumit tentang pengalaman yang begitu mengasikan bersama teman - teman.

Read more ►
 

Copyright © Goresan Pena Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger