Prakata awal saya akan
mencoba mengulas sumber inspirasi kenapa saya dapat menulis seperti ini, di
saat malam yang sunyi seorang diri saya menonton salah satu tayangan statusin
televise sebut saja “Stend Up Comedy”.Sebenarnya cara seperti ini yang
seharusnya di tonton oleh remaja atau pemuda Indonesia bukan sinetron –
sinetron percintaan, tontonan ini juga sebenarnya kalau kita amati secara
mendalam menunjukan sikap kekritisan didalamnya, disini saya tidak akan
berbicara tentang kritis lagi tetapi mencoba mengulas dogma – dogma yang
beterbangan ditengah persepsi masyarakat tentangadanya kejanggalan perbedaan
dari berbagai aspek antara pria dan wanita.
Ditengah penuhnya anak
adam berdamparan dibumi antariksa ini, sadar tidak sadar bahwa di mata
masyarakat dewasa ini remaja yang tidak mempunyai pasangan atau sering kita
sebut jomblo itu mempunyai beberapa permasalahan diantaranya pertama, tidak ada
wanita yang mau dengannya, kedua kurang bergaul dengan lawan jenis atau bias di
kategorikan ‘homo’ dan ketiga yang paling special yaitu belum ada wanita atau
lawan jenis yang beruntung mendapatkan pria itu.
Karena secara tidak
langsung doktrin seperti inilah yang merasuk kedalam otak masyarakat, kemudian
saya berfikir bahwa pola piker seperti itu yang monoton, kenapa? Karena kalau
kita telaah lebih dalam lagi bahwa jika seorang pria itu berpasangan atau
pacaran dengan seorang wanita, sadar tidak sadar pria itu telah diperbudak oleh
wanitia itu, Anda tahu kenapa? Karena pria dipaksa untuk menghapal semua
tanggal yang berhubungan dengan wanitia itu seperti tanggal keduanya pertama
berhubungan atau pacaran, tanggal pertama keduanya makan malam bersama, tanggal
pertama pria itu main ke tempat si wanita itu, bahkan sampai menghapal warna
dan kesukaan wanita itu. Kemudian pertanyaan lebih besar lagi, kenapa semua itu
hanya pria yang di suruh menghapal atau mengingat. Kalau berbicara tema diatas
wanita tidak mau dikaitkan dengan kestaraan gender, pada hal kalau masalah
kerjaan atau bahkan pembagian ahli waris yang akhir – akhir ini banyak yang
mempertanyakan kenapa ahli waris wanita paling sedikit bagiannya dari pria?
Mereka tidak mau dikaitkan dengan kegenderan, bahkan dalam hal menyatakan
cinta, kenapa hanya seorang pria yang dipaksa untuk untuk menyatakan dan
menerima penolakan kalau pernyataan itu ditolak. Sungguh tidak adil kawan dogma
dalam hidup bermasyarakat saat ini.
Saat saya membuka wacanan
saya yang berhubungan dengan masalah seperti ini, pas rasanya jika saya kaitkan
dengan paham persepsi feminis gender, dalam buku itu paham kesetaraan itu ada
saat zaman perang dunia I yang dipelopori wanita Rusia dalam wajib militer saat
itu. Dia mengatakan bahwa sekarang ini tidak ada perbedaan yang besar antara pria
dan wanita dalam semua pandangan. Tetapi jika kita singkronkan dengan ilmu yang
dalam Islam, bahwa Islam selalu menjunjung keadilan contohnya saat zaman
jahiliyah seorang ibu yang melahirkan anak wanita dianggap sebagai aib dan
dikubur hidup – hidup kemudian dengan datangnya Islam semua itu berubah
pandangan. Islam langsung mengangkat derajat wanita saat itu dengan mengubah
pandangan dari aib ke rezeki. Sampai saat ini pandangan itu bertahan ditengah
masyarakat pada umumnya bahwa mempunyai anak wanita itu merupakan rezeki masa
depan. Dengan berjalannya waktu pandangan kegagahan pria itu berbanding
terbalik untuk saat ini. Jika disaat zaman rasul seorang pria yang bekerja
untuk berburu untuk menafkahi keluarganya dan kemudian saat ini dengan
pandangan anak wanita merupakan rezeki masa depan itu terbukti, banyak sekali
perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan untuk seorang wanita dan kemudian
pria hanya bekerja dirumah saja dengan rokok dan kopi di hadapannya. Ya pantas
saja jika banyak kaum hawa memprotes, klan kami paling besar andilnya dalam
dewasa ini.
Hakekatnya dari berbagai
uraian diatas bahwa tingkat gengsi wanita lebih besar dari pria, hal itu di
tunjukan dari uraian yang tertera di atas. Kemudian jika anda sebagai pembaca
tidak puas dengan uraian yang saya tuliskan diatas sebenarnya disengaja oleh
saya sebagai penulis, karena masih banyak lagi yang perlu di bahas untuk
masalah perbedaan antara keduanya. Contohnya seorang Nabi, kenapa seorang Nabi
atau Rasul itu harus pria? Nah itulah salah satu permasalahan yang nantinya
akan di bahas lain waktu. Akhir kata, terima kasih atas partisipasi anda
sebagai pembaca.
0 komentar:
Posting Komentar