Selasa, 21 Februari 2012

#Doktrinisasi Antara Pria dan Wanita#


Prakata awal saya akan mencoba mengulas sumber inspirasi kenapa saya dapat menulis seperti ini, di saat malam yang sunyi seorang diri saya menonton salah satu tayangan statusin televise sebut saja “Stend Up Comedy”.Sebenarnya cara seperti ini yang seharusnya di tonton oleh remaja atau pemuda Indonesia bukan sinetron – sinetron percintaan, tontonan ini juga sebenarnya kalau kita amati secara mendalam menunjukan sikap kekritisan didalamnya, disini saya tidak akan berbicara tentang kritis lagi tetapi mencoba mengulas dogma – dogma yang beterbangan ditengah persepsi masyarakat tentangadanya kejanggalan perbedaan dari berbagai aspek antara pria dan wanita.
Ditengah penuhnya anak adam berdamparan dibumi antariksa ini, sadar tidak sadar bahwa di mata masyarakat dewasa ini remaja yang tidak mempunyai pasangan atau sering kita sebut jomblo itu mempunyai beberapa permasalahan diantaranya pertama, tidak ada wanita yang mau dengannya, kedua kurang bergaul dengan lawan jenis atau bias di kategorikan ‘homo’ dan ketiga yang paling special yaitu belum ada wanita atau lawan jenis yang beruntung mendapatkan pria itu.
Karena secara tidak langsung doktrin seperti inilah yang merasuk kedalam otak masyarakat, kemudian saya berfikir bahwa pola piker seperti itu yang monoton, kenapa? Karena kalau kita telaah lebih dalam lagi bahwa jika seorang pria itu berpasangan atau pacaran dengan seorang wanita, sadar tidak sadar pria itu telah diperbudak oleh wanitia itu, Anda tahu kenapa? Karena pria dipaksa untuk menghapal semua tanggal yang berhubungan dengan wanitia itu seperti tanggal keduanya pertama berhubungan atau pacaran, tanggal pertama keduanya makan malam bersama, tanggal pertama pria itu main ke tempat si wanita itu, bahkan sampai menghapal warna dan kesukaan wanita itu. Kemudian pertanyaan lebih besar lagi, kenapa semua itu hanya pria yang di suruh menghapal atau mengingat. Kalau berbicara tema diatas wanita tidak mau dikaitkan dengan kestaraan gender, pada hal kalau masalah kerjaan atau bahkan pembagian ahli waris yang akhir – akhir ini banyak yang mempertanyakan kenapa ahli waris wanita paling sedikit bagiannya dari pria? Mereka tidak mau dikaitkan dengan kegenderan, bahkan dalam hal menyatakan cinta, kenapa hanya seorang pria yang dipaksa untuk untuk menyatakan dan menerima penolakan kalau pernyataan itu ditolak. Sungguh tidak adil kawan dogma dalam hidup bermasyarakat saat ini.
Saat saya membuka wacanan saya yang berhubungan dengan masalah seperti ini, pas rasanya jika saya kaitkan dengan paham persepsi feminis gender, dalam buku itu paham kesetaraan itu ada saat zaman perang dunia I yang dipelopori wanita Rusia dalam wajib militer saat itu. Dia mengatakan bahwa sekarang ini tidak ada perbedaan yang besar antara pria dan wanita dalam semua pandangan. Tetapi jika kita singkronkan dengan ilmu yang dalam Islam, bahwa Islam selalu menjunjung keadilan contohnya saat zaman jahiliyah seorang ibu yang melahirkan anak wanita dianggap sebagai aib dan dikubur hidup – hidup kemudian dengan datangnya Islam semua itu berubah pandangan. Islam langsung mengangkat derajat wanita saat itu dengan mengubah pandangan dari aib ke rezeki. Sampai saat ini pandangan itu bertahan ditengah masyarakat pada umumnya bahwa mempunyai anak wanita itu merupakan rezeki masa depan. Dengan berjalannya waktu pandangan kegagahan pria itu berbanding terbalik untuk saat ini. Jika disaat zaman rasul seorang pria yang bekerja untuk berburu untuk menafkahi keluarganya dan kemudian saat ini dengan pandangan anak wanita merupakan rezeki masa depan itu terbukti, banyak sekali perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan untuk seorang wanita dan kemudian pria hanya bekerja dirumah saja dengan rokok dan kopi di hadapannya. Ya pantas saja jika banyak kaum hawa memprotes, klan kami paling besar andilnya dalam dewasa ini.
Hakekatnya dari berbagai uraian diatas bahwa tingkat gengsi wanita lebih besar dari pria, hal itu di tunjukan dari uraian yang tertera di atas. Kemudian jika anda sebagai pembaca tidak puas dengan uraian yang saya tuliskan diatas sebenarnya disengaja oleh saya sebagai penulis, karena masih banyak lagi yang perlu di bahas untuk masalah perbedaan antara keduanya. Contohnya seorang Nabi, kenapa seorang Nabi atau Rasul itu harus pria? Nah itulah salah satu permasalahan yang nantinya akan di bahas lain waktu. Akhir kata, terima kasih atas partisipasi anda sebagai pembaca.

0 komentar:

 

Copyright © Goresan Pena Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger