Oleh: Rijal A. Mohammadi
Hari
ini ketika ku lepaskan jaring-jaring cintaku ke dalam haribaanmu, kau tak
sekalipun memaknainya dengan kesungguhan hati yang hakiki. Aku tak mengharap
keibaanmu untuk menerimaannya, tapi cobalah anggaplah aku sebagai manusia yang
mengharap cinta suci darimu, layaknya seorang hamba mengharapkan kasih sayang
dari sang robbnya. Sejak hari lalu, hari kemarin lalu dan hari kemarin itu
langkahku terseok-seok mengikuti langkahmu yang menepi di pelupuk hati. Enyah
ada angina apa, pesonamu menyadarkanku bahwa kaulah yang terindah ketiga di
hatiku setelah robbku, dan ibundaku.
Kau
telah membaca syair-syair cinta yang telah ku buat, sebut saja satu diantaranya
tentang phoenix dan matahari. Lentik matamu saat membacanya, seraya berbicara
kepada hatiku tentang bahasa tak satu makhluk robbku yang mengetahuinya. Engkau
memaknai semua tulisanku yang tertuang dalam blog pribadiku, membenarkan
coretan tintaku yang penuh dengan makna. Sampai hatiku pun tak sanggup
memaknainya.
Layaknya
malaikat yang mempunyai dua buah sayap tetapi yang berfungsi hanya satu,
pastilah akan terseok-seok untuk terbang menjalankan tugas dari sang robbnya.
Begitupun dengan cinta seorang hamba kepada hamba lainnya, jika tak di sambut
gayung berlabu ke hati semuanya akan sia dan sirna. Cinta yang di harapkan akan
mubadzir terbuat, karena sebuah pengharapan yang tak pasti. Semuanya sudah
mengetahuinya, bahkan hati diantara kita sudahpun, tapi apakah kau masih bertanya
dan bernyata bahwa “aku belum bisa memulainya”. Sudah sering ku mengulang
kepadamu bahwa cinta tidak akan kita sadari kedatanganya, karena malaikat cinta
tak pernah meminta izin kepada manusia untuk bertamu ke hatinya. “proses yang
kita lalui bersama membuat kita tak menyadari bahwa kita telah memulainya”,
itulah ujarku setiap kau tanyakan pertanyaan dan pernyataan itu.
Memang
susah membuang sejarah masa kelam lalui, karena menurut Soe Hok gie dalam
catatannya sejarah hanya sebuah penghianatan dari apa yang dilaluinya. Apakah
tanpa penghianatan sejarah takann pernah ada? Sejarah masa lalu yang
mengingatkanmu pernah di sakitin,
begitupun denganku. Hal itu sama dan bisa kita lewati bersama. “cinta tidak
menjadikan seseorang berubah dari sebelumnya”, kata sang penyair (Khalil
Gibran).
Seringkali
aku pernah berkata, bahwa jomlo merupakan suatu kutukan dan single hanya berupa
suratan takdir. Apa yang membuat keduanya sama dan beda. Semua itu hanya
persepsi kasih. “Jadilah jomlo terhormat, karena belum ada saja orang yang
beruntung mendapatkan kita”, itu yang kemudian menjadi prinsipku dalam mencari
tambatan hati. Salahkah jika aku menjadikanmu orang yang paling beruntung kedua
di dunia ini setelah bundaku, karena memiliki anak sepertiku? Sepertinya tidak
kasih! Karena pada hakikatnya robbku telah menyengaja menciptakan dua buah
tangan untuk memegang harapan kita, dua buat mata untuk melihat masa depan
kita, tetapi kenapa robbku menciptakan lidah dan hati hanya satu pasang? Dan
kemudian aku merasa, kita di perintahkan mencari pasangan lidah kita untuk
bersama merasakan indah dan suramnya hidup begitupun dengan hati yang membuat
kita mencari di mana sekeping hati satunya.
Ini
sekelumit curahanku padamu, tetaplah kau slalu bernyanyi. Menemani aku
bermimpi, kata penyair. Lanjutkan sinar kita yang telah di amanahi oleh nabi
terakhir kita yaitu Muhammad SAW untuk menyambung sinar kema’rufan agama kita
dan membumi hanguskan kemungkaran itu yang telah dianggap mungkar kepadanya.
0 komentar:
Posting Komentar