Selasa, 21 Mei 2013

Arti Hidup Itu (Sebuah Celoteh)



Oleh. Rijal A. Mohammadi
“Dunia ini panggung sandiwara”, kata penyair. Kehidupan ini apakah suratan yang tak satu hambapun menentukannya? Seakan kita lari pada rel yang telah di letakannya. Kemudian dimanakah kemerdekaan seorang hamba untuk menentukan jalan rel yang berliku yang ingin di pilihnya?
“Ceritanya bisa berubah”, tambah sang penyair. Hah inilah adanya kemerdekaan seorang hamba untuk berdaulat di rel yang telah di sediakan. Melihat dunia meliputi mati, rezeki, dan jodoh. Banyak orang berkata tiga aspek itu telah di gariskan oleh tuhan, tapi apakah semuanya benar? Bagaimana dengan orang yang meninggal dunia dengan bunuh diri, apakah dia patut untuk protes kepada tuhannya kenapa dia mati dengan bunuh diri? Pantaslah kiranya dia masuk ke neraka? Apa dan siapa yang patut di persalahkan?
“Ada peran wajar, ada peran berpura-pura”, tambah sang penyair. Bagaimana dengan keadilan hidup yang tak wajar? Apakah kemiskinan itu wajar, kemudian apakah kejahatan akibat kemiskinan itu diwajarkan? Sepertinya semua tercipta karena manusia itu sendiri pintar mengubah hidup ini untuk menjadi yang teratas dan menyengaja menindas yang di bawah (pertahanan status quo). Tidak mungkin kemiskinan dan kejahatan hasil dari keberpuraan hidup setiap manusia yang ditakdirkan dijalannya.
Kenapa jika kita tahu yang benar itu benar dan yang salah itu salah bukan garisan dari sang tuhan, kita tidak berusaha mendobraknya? Lawan dan dobrak selagi bisa, katanya tuhan bersama orang yang lemah dan miskin selagi fakir. Apakah kita tidak percaya dengan dogma agama itu? Bagaimana keimanan kita terhadap tuhan yang kita agungkan itu.

0 komentar:

 

Copyright © Goresan Pena Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger