Rabu, 04 April 2012

BONEKA ITU MAHASISWA


Oleh. Rijal A. Mohammadi

Disini Negeri kami, tempat padi terhampar
Samuderanya.. kaya raya
Negeri kami subur Tuhan….
Di negeri permai ini
Berjuta rakyat bersimbah luka
Anak buruh tak sekolah
Pemuda desa tak kerja
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Tuk bebaskan rakyat
Padamu kami berjanji
Padamu kami berbakti

Dewasa ini kalian telah dininabobokan dengan kisah-kisah yang kerap kalian sebut pahlawan nasional seperti Imam Bonjol, Diponegoro, Sultan Hasanuddin dsb. Mereka jaya pada masanya, dengan perjuangan mengatas namakan pembebasan dari system imperialism yang mereka rasakan. Entah kenapa kalian kerap menyebut mereka pahlawan nasional, bukankah mereka ada sebelum  Negara Indonesia ini ada. Bagaimana kalau kalian sebut mereka sebagai pahlawan bangsa? Sehingga kalian hanya bisa merasa bangga atas jasa-jasa yang mereka lakukan, tanpa mengambil hikmah darinya. Bagaimana tidak?  Indonesia saat ini memiliki 139 perguruan tinggi belum mampu membuat system pengajaran yang menyadarkan para mahasiswanya akan tugas sebenarnya.
Saat ini kalian hanya pantas dikatakan sebagai kerbau-kerbau muda yang dicoblos hidungnya yang kemudian patuh terhadap apa yang ada didepan kalian. Tanpa menyadari tentang apa itu arti kepekaan social. Pelarajan yang didapatkan dikelas hanya sebagai penopang nilai-nilai kotor. Ironis sekali ketika kaum muda yang diinginkan bangsa ini sebagai agen perubahan hanya bisa menjadi boneka-boneka pelican korporat-korporat bangsat. Kesaksian ini perlu dipertanggungjawabkan, sebut saja salah satu mahasiswa fakultas Ilmu Sosial Politik berinisial “N” beralasan masuk jurusan ini karena sebagai jembatan masuk perusahaan MNC (multy national corporation). Apa yang dapat dibanggakan ketika kita dapat masuk disana? Gajih melimpah? Jabatan yang tinggi? Senang melihat rakyat kecil melarat. Memang kesenangan ini tidak dilambangkan secara langsung tapi perbuatan itu yang mencerminkannya. Usaha-usaha kecil tidak laku dan kalah saing. Sadar atau tidak, undang-undang yang dibuat dan dirumuskan DPR RI memiliki konsultas yang berasal dari warga Negara asing. Seakan undang-undang dibuat untuk kepentingan mereka dan kalian tidak sadar itu atau mungkin membiarkan saja?
Pertama yang penulis lakukan untuk hal ini menyadarkan bagaimana kesalahan ini awet sekali, bagai getah yang menempel dibaju. Ada yang mengatakan lebih dari 300 tahun Indonesia sebelum menjadi Negara telah dijajah Belanda, lewat organisasi yang mereka bawa dengan dalih kerjasama bidang ekonomi yaitu VOC. Mungkin ketika duduk di kelas Sekolah Menengah Pertama kita telah mengetahui bersama apa itu VOC?Vereenigde Oostindische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur) atau VOC yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur. Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa. Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain. Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam Negara. Ketika de Houtmanbersaudara tahun 1596 pertama kali tiba di Banten, mereka disambut dengan sangat ramah, demikian juga dengan para pedagang lain, yang setelah itu makin banyak datang ke Jawa, Sumatera dan Maluku.
Tapi sudahlah, saya hanya ingin kalian mengetahui bersama bahwa waktu 300 tahun tidak dikatakan cepat. Waktu lama itu membuat kita paranoid dengan semua hal. Belanda tidak hanya menjarah kekayaan alam Indonesia akan tetapi menjarah mental-mental rakyat pada saat itu sehingga kalian rasakan efeknya sampai saat ini. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa stasiun televisi menayangkan program-program bule, bukan bulenya yang akan dijadikan sorotan, akan tetapi dalam program tersebut.  Mengapa kalian merasa geli sehingga tertarik melihat bule berjualan bakso, soto atau bahkan menjadi kernek metromini. Kemudian muncul pertanyaan, mengapa seorang bule tidak biasanya mengenakan jabatan seperti itu? Bule identik dengan jas rapi kah? Sepatu pantofel kah?
Sadar atau tidak, kalian sebagai bangsa Indonesia dalam hal ini sudah tertikde dengan yang dinamakan symbol. Ya… symbol dengan jabatan yang ada, symbol dengan seragam yang ia kenakan, begitupun dengan symbol-simbol yang lain. Kalian sebagai kaum terpelajar dengan mudahnya dapat dibodohi dengan bayang-bayang itu.  Bayang-bayang yang selalu merasa gagah didepan lawan jenis. Coba kita gabungkan bersama antara contoh dari mahasiswa yang bangga bekerja di salah satu perusahaan MNC dengan penjelasan saya tentang symbol. Sadar atau tidak, kalian yang mengaku kaum terpelajar dengan memperoleh IP tinggi hanya menjadi korban penjajahan Belanda yang efeknya terasa sampai saat ini.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan perguruan tinggi urutan 16 terbaik seIndonesia belum mampu menjadikan mahasiswanya sebagai mahasiswa yang mempunyai militansi tinggi. Apakah hal ini dikarenakan kehuforiaan seperti yang saya jelaskan sebelumnya? Mahasiswa yang bangga ketika mempunyai pasangan cantik atau tampan, mahasiswa yang ketika males kuliah mengandalkan teman untuk absen, atau mungkin mahasiswa yang bangga memiliki nilai bagus saat ujian dengan hasil mencontek? Penyakit itu yang selalu mengakar dipikiran kalian sebagai manusia. Yang nantinya hanya mampu menjadi penerus generasi-generasi tua pengacau yang pantas ditembak mati dilapangan banteng. Sekali lagi lis, IRONIS sekali. Generasi ini kah yang nantinya menjadi pelangsungdan penyempurna amal usahaMuhammadiyah? Tentu tidak.
Pihak pengajaran seharusnya mensiasati bagaimana fenomena yang terjadi seharusnya tidak terjadi. Penulis hanya mampu menyadarkan kepada semua elemen universitas bahwa penyakit ini sudah kronis. Disamping itu realita yang ditunjukan belum mampu mengangkat alis kita untuk berfikir. Fenomena selanjutnya ketika mahasiswa di mintai argument tentang demonstrasi. Banyak sekali yang menyatakan tidak setuju, karena mereka beranggapan demonstrasi hanya dapat membuat jalan macet, hanya mampu merusak fasilitas umum, hanya mampu berbuat anarkis dijalanan dll. Stetmen seperti itulah yang seharusnya kita benahi bersama bahwa sebelum membahas lebih lanjut kasus ini, mari kita bersama-sama memahami tugas mahasiswa sebenarnya. Sebut saja Prof. Amien Rais dalam perbincangannya di program Kick Andy menyatakan bahwa“tugas mahasiswa itu cumin dua. Pertama, demonstrasi dan kedua, belajar”. Adapun seorang guru bangsa yaitu Prof. Syafe’i Ma’arif dalam perbincangannya diforum diskusi public yang diadakan Majelis Perdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah dengan tema “Menata Ulang Indonesia” menyebutkan bahwa, “penyakit yang dialami negeri ini sudah kronis, maka geraklah mahasiswa”. Atau mungkin dapat kita ambil perkataan seorang aktivis era tahun 50an yaitu Soe Hok Gie dalam catatan hidupnya, kita generasi baru di tugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau. Kita akan menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor koruptor tua, kitalah generasi yang memakmurkan Indonesia”.
Terus apa lagi yang ada dibenak kalian semua tentang ini, berdiam dirikah? Sampai kapan Negara kita ini dibodohi oleh Negara asing? Sadarkah kalian generasi muda? Kita generasi muda terbuang. Kita disibukan dengan 75% absensi kelas, kita disibukan dengan menghapal teori-toeri politik kuno, bahkan kita disibukan dengan fatwa akan haramnya rokok. Kalian tahu semua? Itu hanya pembodohan system kawan. Mari bangkit!!!
Kalian tahu, mulai dari penjajahan sampai sekarang ini Negara ini hanya dijadikan boneka oleh Negara-negara besar seperti Uni Sovyet dan Amerika Serikat. Pemberontakan tanggal 30 September yang lebih dikenal G 30S atau aksi GESTAPU. Mengorbankan 6 Jenderal yang tergabung dalam dewan Jenderal (Ahmad Yani, Raden Suprapto, Mas Tirtodarmo Haryono, Siswondo Parman, Donald Isaac Panjaitan dan SutoyoSiswomiharjo) dalam penculikan yang didalangi oleh Soekarno dan PKI. Penculikan itu sebenarnya hanya sebatas pengamanan untuk mengumpulkan ke-6 Jenderal itu, akan tetapi Cakrabirawa yang didalangi PKI itu tak sepenuhnya bersih dan ternyata CIA dalang dari semuanya. Hal ini dilakukan karena Soekarno mengetahui sebelumnya bahwa Dewan Jenderal itu telah menyusun strategi untuk menjatuhkan Soekarno yang dilihat saat itu Soekarno lebih dekat dengan Aidit sebagai pentolan PKI. Kecenderungan PKI ini lebih dekat terhadap pihak Uni Sovyet dan inilah yang ditakuti Amerika Serikat. Memang saat itu Indonesia merupakan korban dari Perang Dingin, Amerika Serikat sendiri dihantui rasa takut jika Indonesia jatuh ditangan Uni Sovyet dan akan menimbulkan Perang Dunia III. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Presiden Uni Sovyet saat itu Mikhail Gorbachev, “Indonesia kelak akan menjadi penguasa dunia”. Ketakutan seperti itu yang mendorong Amerika menugaskan CIA untuk mengirimkan agen ke Indonesia dalam pemberontakannya melawan rezim Soekarno yang saat itu membelok ke Uni Sovyet.
Kemudian ditahun 2005 kita dihebohkan dengan isu flu burung yang menjadi musuh bersama saat itu didunia Internasional yang kemudian telah masuk ke Indonesia sejak tahun 2003. Ini merupakan konspirasi yang dilakukan Amerika Serikat untuk menjadikan Negara-negara bonekanya sebagai bahan praktek termasuk Indonesia. Indonesia saat itu merupakan Negara yang terdapat laboratorium milik Amerika Serikat yang bernama NAMRU-2 (United States NavalMedical Research Unit 2). Loboratorium ini telah ada di Indonesia tanpa surat izin selama lebih 40 tahun untuk riset penyakit. Perseteruan ini terjadi ketika Amerika Serikat meminta hasil riset terkait flu burung atau H5N1 dari Indonesia, akan tetapi Menteri Kesehatan saat itu Siti Fadhila Supari menolak untuk mengirimkannya dan ia mengirim ke badan riset Prancis. Yang kemudian selang beberapa tahun ketika resafel cabinet Siti Fadhila Supari diganti dengan Endang yang mana ia merupakan salah satu peneliti laboratorium MANRU-2. Konspirasi yang dilakukan Amerika Serikat dalam hal ini merupakan pengambilan untung dalam berbisnis didunia perobatan dan Indonesia merupakan korban paling parah dalam konspirasi ini. Terang saja hal ini dipengaruhi dengan adanya agen yang mempunyai posisi tertinggi di negara ini yaitu Susilo bambang Yudoyono.
“Mungkin jalan lurus yang ditempuh Soe Hok Gie tidak mudah dipraktekkan alam perjuangan politik. Tapi tanpa menuntu semua orang menjadi seorang Soe Hok Gie, saya hanya berharap bias mengungkapkan anak muda ini sebagai model kemurnian dalam perjuangan. Tidak setiap orang dapat dan harus menjadi Soe Hok Gie. Tetapi dalam kehidupan ini kita membutuhkan orang-orang seperti dia untuk menjadi tanda bahaya yang mengingatkan kita setiap kali kita melakukan kesalahan”.
Sampai kapan Indonesia menjadi Negara korban dan kapan Indonesia akan menjadi actornya? Semua itu di tangan kalian para generasi muda. Generasi baru dan muda ditugaskan untuk mendesak genersi tua pengacau agar menjadi generasi tua berkemajuan. Generasi yang mampu mensiasati dan merumuskan kesejahteraan rakyat dan menurunkan angka kemiskinan rakyat Indonesia. Kaum yang sadar akan keberadaannya di dunia ini. Mari kawan saatnya kita tutun ke jalan. “Aku bersamamu orang-orang kiri”.
“Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”

0 komentar:

 

Copyright © Goresan Pena Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger